Tuesday, August 31, 2010

The History Of

Koes Plus
From Wikipedia, the free encyclopedia

Koes Plus is an Indonesian musical group that enjoyed success in the 1970s. Known as one of Indonesia's classic musical acts, the band peaked in popularity in the days far before the advent of private television companies, delivering stripped-down pop and rock songs at the then-only TV station, TVRI.
In 2007, Rolling Stone Indonesia magazine placed 6 of the band's studio albums on their
"150 Greatest Indonesian Albums of All Time" list.
Those are Dheg Dheg Plas (1969) at #4, To The So Called The Guilties (1967) at #6, Koes Bersaudara (1964) at #14, Koes Plus Volume 2 (1970) at #21, Koes Plus Volume 4 (1971) at #30 and Koes Plus Volume 5 (1971) at #38.
In addition, Rolling Stone also put 10 of the band's songs on the
"150 Greatest Indonesian Songs of All Time" list.
The songs are "Bis Sekolah" (1964) at #4, "Kembali Ke Jakarta" (1969) at #6, "Nusantara I" (1971) at #19, "Kolam Susu" (1973) at #31, "Bunga Di Tepi Jalan" (1971) at #80, "Kelelawar" (1969) at #83, "Manis dan Sayang" (1969) at #88, "Pelangi" (1972) at #92, "Jemu" (1975) at #100 and "Di Dalam Bui" (1967) at #126.[2]
History
Early days and controversy
Hailing from the Bojonegoro-Tuban area in East Java, the band started out as Koes Brothers (Koes Bersaudara), consisting entirely of the Koeswoyo siblings. Its antics of pioneering Beatles-influenced rock 'n' roll subculture in Indonesia was proven to be controversial, as the brothers were subsequently arrested by the Highest Operation Commando (KOTI) in 1965. They were eventually released just the day preceding the nation's coup d'état, in September 29. This experience resulted in their song Di Dalam Bui.
Koes Plus
When drummer Nomo quit in 1969, Murry was then invited to fill the niche, but the decision caused an internal uproar as the band was initially projected as a family act. The feud was then resolved by rebaptizing the band as Koes Plus. It consisted of the Koeswoyos plus an outsider; hence the name.
Koes Plus' early days were rugged, as record companies insisted on rejecting them. Murray became frustrated at some point and temporarily quit the band, distributing their records freely as well as joining several other acts. Not until their songs were played on the state radio network did they gain considerable fame.
Present years
Koes Plus never owned any legal rights pertaining to their works- they were paid only by the time they produced an album. Consequently, the band never enjoyed any form of royalties whenever their works are being reproduced. In recent years, the band members have apparently been having financial problems despite the fact that their musical legacy has obviously left its mark on the local music scene. The band still performs live, the enthusiastic spirit of these legendary songwriters and musicians belying their age. Oldies but goldies such as CintaMu Telah Berlalu, Mobil Tua, Angin Laut, Diana, Maria, and Kapan-Kapan have lost nothing of their freshness and appeal; the audience, currently consisting of three generations of Koes Plus fans, tends to know all the lyrics by heart. Their only English song, Why Do You Love Me? was a number one hit in Australia.

Thursday, November 5, 2009

Monday, July 13, 2009

Koes Plus And Bentoel Biru

Tonny Koeswoyo



Tlah kau miliki kunci hatiku
Tlah kau simpan kasih sayangku
Hanya karena kau mengucapkan
Kata Aku Cinta Padamu

Kan kudambakan
Kan kuserahkan
Kepadamu cintaku

Lama nian ku telah merantau
Meninggalkan kekasihku
Tiada tahan hatiku risau
Ingin segera bertemu

Tetapi apa telah terjadi
Kekasihku telah tiada lagi
Hatiku sedih meratapi.....

Berlinangan airmataku
Mengenangkan kasih sayangmu
Kutemui hanya pusaramu

Sunday, July 5, 2009

Saturday, June 27, 2009





Mengapa ku terbawa...jauh dalam lamunan
Alangkah indah bila ini kenyataan...
Hidupku merasa bimbang...tanpa kasih tanpa sayang
Yang selalu kurindukan...lama... kunantikan..
Katakan padaku semua kan tiba waktunya...
Katakan padaku disana tlah tentu tempatnya...

Ags

Thursday, April 16, 2009

Rekor Album

Dari informasi yang dikirim seorang penggemar Koes Plus, ternyata prestasi Koes Plus memang luar biasa. Pada tahun 1974 Koes Plus mengeluarkan 22 album, yaitu terdiri dari album lagu-lagu baru dan album-album "the best" termasuk album-album instrumentalia, yang dibuat dari instrument asli Koes Plus atau rekaman "master" yang kemudian diisi oleh permainan saxophone Albert Sumlang, seorang pemain dari group the Mercy's. Jadi rata-rata mereka mengeluarkan 2 album dalam satu bulan. Tahun 1975 ada 6 album. Kemudian tahun 1976 mereka mengeluarkan 10 album. Mungkin rekor ini pantas dicatat di dalam Guinness Book of Record. Dan hebatnya, lagu-lagu mereka bukan lagu ‘asal jadi’, tetapi memang hampir semua enak didengar. Bukti ini merupakan jawaban yang mujarab karena banyak yang mengkritik lagu-lagu Koes Plus cuma mengandalkan “tiga jurus”: kunci C-F-G.

Karena banyak jasanya dalam pengembangan musik, masyarakat memberikan tanda penghargaan terhadap prestasinya menjadi kelompok legendaris dengan diberikannya tanda penghargaan melalui "Legend Basf Award, tahun 1992.Prestasi yang dimiliki disamping masa pengabdiannya dibidang seni cukup lama, produk hasil ciptaan lagunya pun juga memadai karena sejak tahun 1960 sampai sekarang berhasil menciptakan 953 lagu yang terhimpun dalam 89 album. Prestasi hasil ciptaan lagu untuk periode kelompok Koes Bersaudara sebanyak 203 lagu (dalam 17 album),sedang untuk periode kelompok Koes Plus sebanyak 750 lagu dalam 72 album (Kompas,13 September 2001).

Salah satu anggota Koes Plus mengatakan bahwa mereka dibayar sangat mahal pada masa jayanya. Yon mengungkapkan bahwa pada tahun 1975 mereka manggung di Semarang. "Waktu itu pada tahun 1975, kami telah dibayar Rp 3 juta saat pentas di Semarang," kenang dia. Padahal, saat itu harga sebuah mobil Corona tahun 1975 kira-kira Rp 3,750 juta. Bila dikurs saat ini bayaran tersebut kurang lebih sama dengan Rp 150 juta.(Suara Merdeka, 4 Mei 2001)

Waktu itu, Rp 3,5 juta sangat tinggi, mengingat mobil sedan baru Rp 3 juta. Jika dikurskan dengan nilai uang sekarang, jumlah itu sama dengan Rp 200 juta sampai Rp 300 juta. Jumlah penonton melimpah ruah tidak seperti sekarang, kenang Yon. (Suara Merdeka, 23 Oktober 2001).

Setelah itu popularitas Koes Plus mulai redup. Mungkin karena generasi sudah berganti dan selera musiknya berubah. Koes Plus vakum sementara dan Nomo masuk lagi menggantikan Murry, sekitar akhir 1976-an. Koes Bersaudara terbentuk lagi dan langsung ngetop dengan lagunya “Kembali” yang keluar tahun 1977. Murry bersama groupnya Murry's Group juga cukup menggebrak dengan lagunya “Mamiku-papiku”. Tidak bertahan lama tahun 1978 kembali terbentuk Koes Plus. Lagu barunya, “Pilih Satu” juga langsung populer. Setelah itu keluar lagu “Cinta”, dengan aransemen orchestra, yang benar-benar berbeda dengan lagu Koes Plus yang lain. Kemudian populer juga album melayu mereka yang memuat lagu “Cubit-Cubitan” dan “Panah Asmara”. Tetapi Koes Plus generasi ini tidak lagi sepopuler sebelumnya. Walaupun, kalau disimak lagu-lagu yang lahir setelah 1978, masih banyak lagu mereka yang bagus.

Nasib Koes Plus kini sangat tragis. Seperti kata Yon suatu ketika bahwa Koes Plus hanya besar namanya tetapi tidak punya apa-apa. Ucapan ini memang pas untuk mewakili keadaan personel Koes Plus. Mereka tidak mendapatkan uang dari hasil penjualan kaset yang berisi lagu-lagu lama mereka. Tidak seperti para penyanyi/pemusik masa kini yang gaya hidupnya “wah” karena dari segi finansial pendapatannya sebagai penyanyi/pemusik cukup terjamin. Begitu juga bekas group-group tersohor seperti Beatles, atau Led Zeppelin, mereka hidup dengan enak hanya dari royalti kaset/VCD/CD/DVD yang mereka hasilkan. Sampai anak-anak dan istri mereka pun menikmati kelimpahan finansial ini.

Koes Plus hanya dibayar sekali untuk setiap album yang dihasilkan. Tidak ada royalti, tidak ada tambahan fee untuk setiap CD/kaset yang terjual. Maka tidak heran ketika tahun 1992 Yon harus jualan batu akik untuk menghidupi rumah tangganya. Sementara kaset dan CD lagunya masih laris terjual di Indonesia. Sekarang pun di usianya yang ke-63 Yon dan kawan-kawan (Murry beberapa kali tidak tampil karena sakit) membawa nama Koes Plus harus manggung untuk mendapatkan uang. Dengan sisa-sisa suara dan kekuatannya mereka harus menjual suara dan tenaganya. Yon memang tidak merasakan ini sebagai beban. Dia bersyukur lagunya masih dicintai orang. Tetapi kita prihatin mendengar kabar seperti ini.


Ags

Saturday, April 11, 2009

KOES PLUS pendobrak Musik di Indonesia

KOES PLUS bukan hanya SEJARAH tapi masih exist sampai kini...

Bagi Pemusik masa kini yang nggak kenal KOES PLUS, seperti Orang Indonesia yang nggak kenal sejarahnya...

Melihat KOES PLUS, mendengar nama mereka dan lagu yang diciptakan.....

akan hadir ketulusan, rasa damai, dan tentram di hatiku. Sebuah misteri dan

karena misteri tersebut mereka tak pernah lekang di makan zaman.

Mereka mampu membawa saya kembali ke masa lalu sebagai saksi

sejarah akan kehebatan mereka.

Ah..seandainya mas Tonny Koeswoyo masih hadir

diantara kita, tak terbayangkan suka cita ini akan lengkap sudah.....

Fenomena KOES PLUS tidak akan lekang kemakan jaman...




Hari Yang Suci
Karya : Yon
Vokal : Yon / Tonny


di dalam mengenangkan hari yang suci
semua meresapi tenang di dalam hati
aa .. aa .. (seakan jauh di sana seperti dekat di sini)
aa .. aa .. (sehangat matahari yang tinggi
)

tiada sampai ku mengerti
aku hanya mengalami
tiada sampai ku mengerti
aku hanya mengalami

walaupun hidup ini hari demi hari
namun akan pasti sampai di akhir nanti
aa .. aa .. (bunga-bunga pun berseri, burung berkicau menyanyi)
aa .. aa .. (bintang di langit tinggi menanti/mengerling)

dan semua terjadi
bila ku tinggal sendiri
dan semua terjadi
bila ku tinggal sendiri

Friday, March 28, 2008

Gadis Desa - koesplus

Kali ini saya menurunkan chord GADIS DESA dari album Koes Plus 1978Melati Biru yang dinyanyikan dengan bagus sekali oleh om Yok Koeswoyo.Pas bila dinyanyikan di waktu senggang saat sendirian atau bersamakeluarga.silahkan disimak.


GADIS DESA

Album Title : Koes Plus 1978 "Melati Biru"

Voc : Yok Koeswoyo
Int : A--E--D--ED--E--A


*
A........... ......... ......... .......Bm. ........

Lagi-lagi gadis manis datang di Ibukota.

A.......E... ....D.... ........E. ......A.. ......E.. ..

Gadis dari desa,dengan penuh harapan jadi biduan.

A........... ......... ......... .......Bm. ......... .

Ini kisah gadis desa jadi biduan pujaan.

D........E.. ......D.. .....E... ......... .A....... ..

Hidup serba mewah,tak mau ingat lagi saudara.


CHORUS :

A........... ..Bm..... ......... ....Ooo...

gadis desa sayang.D........... ...E..... ......A.. ......

Kau lupakan kampung halamanmu.

A........... ..Bm..... ......... .........Ooo...

gadis desa sayang.

D........... ..E...... .A....... .......

Ingatlah akan hari tuamu.


chords by : Agustz

Saturday, March 15, 2008

KOES PLUS MANIA

Sebenarnya Mas Tonny ... banyak juga menciptakan lagu lagu yang "mengritik" pemerintah.salah satu adalah TO THE SO CALLED THE GUILTIES, sebenarnya lagu ini cukup "kasar" mengritik pemerintah pada tahun 65-an. Tetapi aparat pemerintah justru tidak menindak, semata mata menggunakan lirik bahasa Inggris.Lagu lagu yang lebih "halus" pada lagu PAGER KUNING (istilah kuning berkonotasi pada partai tertentu bukan) Pada Album Koes Bersaudara Pop Jawa Volume 1 , Silakan memeriksa lagu lagunya. atau lagu NUSWANTORO pada album yang sama. Lagu yang lain adalah PILIH SATU.
Demikian tambahan sayaSalam Jiwa Nusantara(saya lampirkan syair to the so called the guilties)
Salam Jiwa Nusantara
TO THE SO CALLED THE GUILTIES -- syair diambil dari PH(Untuk Mereka yang Dianggap Bersalah)
Album: Koes Bersaudara - To The So Called The Guilties
Ciptaan: Tonny K.
Vokal: Tonny K./Yon K./Yok K.

when your heart's down(ketika hatimu hancur)
and you sit in front of the court(dan kamu duduk di depan sidang pengadilan)
the lawyers do something for you(para pengacara berbuat maksimal utk membelamu)
they judge the right against the wrong(tapi, hakim menganggap kebaikan sebagai kejahatan)while you don't know what happened behind(sementara kau tak tahu persis apa yang terjadi di balik semua itu)

to the so called the guilties(untuk mereka yang dianggap bersalah)
they try to differ(mereka coba membedakan)
from good to bad(yang baik dan yang buruk)
the court may sentence you(lalu pengadilan mungkin menghukummu)
prison or even death(dengan masuk bui, atau bahkan hukuman mati)
then beat afast(lalu (detak jantung) terasa begitu cepat)
that you feel what's in your heart(seperti yang kau rasakan sendiri di dadamu)
if you forgot the Lord(bila kau (telah) lupa akan Tuhan)
yes...the Lord above(ya...Tuhan yang di atas sana)

Gedang?> >>> >> Salam,> >> Agustz